Sabtu, 30 Oktober 2010

Dua Sendok Es Krim - Cynthia M. Hamond

"Saya minta  dua sendok, Pak Mason."  Gigi depan reggie tanggal menambah cedal bicaranya. Ia menghitung uang lima sen di atas meja kasir toko obat itu. Ia telah sedemikian erat menggenggam uang itu dalam perjalanan dari rumahnya yang berjarak empat blok dari situ, sampai-sampai lingkaran koin membekas dan aroma besi menempel di tangannya.

"Aku tahu, aku tahu." Pak Mason menekan tombol lima sen dengan keras. melemparkan koin-koin itu ke laci uang mesin kasir, dan menutup laci iotu dengan keras. " Selalu sama setiap malam minggu,kan? Satu sendok rasa stroberi dengan satu sendok rasa kacang maple di atasnya."
Kipas angin di langit-langit hampir tak mampu mengusir udara bulan Agustus yang lembab. Lantai kayu berderit di bawah kaki Reggie yang bergeser. Ia tahu tidak mungkin membuat pak Mason mempersingkat pelajaran akhir pekannya. Reggie menunggu dengan sopan, seperti yang di harapkan ibunya.

"Anak-anak zaman sekarang. Seolah-olah zaman sekarang ini tidak cukup sulit!" Pak mason memulai kritiknya sambil mengambil conteng es krim.  "Ayahmu terluka dalam reruntuhan tambang dan ibumu kurang sehat. Es krim ini akan habis dalam beberapa menit. Seharusnya kau membeli sesuatu yang berguna, sesuatu untuk membantu ibumu."

"Ya, Pak Mason."  Reggie mengangguk tanpa menyimak. Ia memusatkan perhatian pada es krim yang hampir meleleh.
Akhirnya pak Mason memberikan es krim itu kepadanya. "Lagipula keluargamu bekerja keras untuk mendapatkan sedikit uang yang kini mereka miliki setiap sennya."

"Ya, pak Mason." Reggie mengangguk sebelum mengambil es krim dan bergegas pulang.
Reggie tahu pak Mason benar. Keluarganya bekerja keras untuk setiap sen yang mereka dapatkan. Semua keluarga melakukannya. "Ini masa yang sulit."  Kata orang-orang dewasa satu sama lain.

Reggie ingin membantu keluarganya. Ia adalah anak bungsu dari sembilan saudara, dan sangat sulit menyaksikan kakak-kakak laki-laki dan perempuannya bekerja. Namun, di usia tujuh tahun, terlalu dini baginya untuk bekerja di tambang bersama kakak-kakak laki-lakinya.

Setiap hari, setelah mengambil air, memberi makan ayam dan mengumpulkan telur, mencangkul sebidang tanah dan membantu ibunya memetik sayuran yang masak, Reggie mengambil beberapa lembar roti, keju dan seteko air, lalu berangkat ke padang semak-belukar untuk menangkap tikus tanah.

Matahari sudah tinggi dan sepanas-panasnya, dan angin meniup debu tanah yang kering. Belalang-belalang keluar di tanah lapang, seekor melompat selangkah demi selangkah.
Sambil berbaring di atas rumput berduri, Reggie menunggu dengan sabar sampai tikus tanah keluar dari lubangnya. Setelah sepanjang hari menangkap tikus tanah, ia akan dengan bangga memberikan seluruh uangnya kepada ibunya, kecuali lima sen.

"Tuhan memberkatimu, Reggie." Ibunya tersenyum kepadanya saat koin-koin itu bergemerincing di dalam kaleng soda kue yang biasa digunakan ibunya untuk menabung.


Reggie berlalu di jalan kerikil dan menerobos masuk melalui pintu depan rumahnya. Paru-parunya bekerja keras menyedot udara musim panas yang lembab. Ia langsung ke belakang, ke kamar tidur dimana akhirnya dapat menikmati hasil kerja kerasnya. Es krim rasa kacang maple meleleh di atas es krim stroberi sampai-sampai hanya ada semburat warna merah muda yang terlihat, tetapi ia berhasil sampai di rumah tanpa kehilangan seluruh es krim itu.

"Reggie." Ibunya membuka mata dan berusaha duduk di tempat tidur.
"Oh, Reggie. Lagi-lagi kau membawakan ibu es krim!"

Es krim yang meleleh tidak memberi waktu untuk memperdebatkan siapa yang harus makan es krim itu. Ibunya mengambil es krim itu dan menepuk tempat tidur agar Reggie duduk di sampingnya. Reggie naik ke tempat tidur dan merapat pada ibunya.
"Rasa es krim favorit ibu, kau selalu ingat."  Kasih ibunya membanjiri Reggie.
Aku akan selalu ingat, bu." Ujarnya
Dan bahkan setelah enam puluh tahun ini, ia masih ingat.

===**


**Jika aku dapat memberikan satu sentuhan lembayung matahari senja dalam kehidupan pria atau wanita mana pun, aku akan merasa telah bekerja bersama TUHAN. (G. Macdonald)

inspiration


















Burung kecil itu telah memilih tempat perlindungannya,
Di atasnya ada bintang-bintang dan langit kelam dunia,
Ia menggoyang tubuhnya sampai tertidur
tanpa peduli keperluan esok,
Dengan tenang ia bertengger di ranting kecilnya,
dan membiarkan TUHAN mimikirkan hal itu baginya.

==inspiration ==
M.L*